3 Ilmuan Hebat indonesia di Bidang Sains
Dunia
teknologi dan pengetahuan di Indonesia, sejak dahulu relatif jarang
diperhitungkan di dunia ilmiah Internasional. Bahkan partisipasi
penelitian Ilmiah di Indonesia terbilang sangat terbelakang dibandingkan
dengan negara teknologi maju di Dunia lainnya. Tetapi, ternyata dalam
beberapa tahun terakhir ini anggapan itu akan perlahan memudar, ketika 3
anak muda putra bangsa terbaik berhasil menorehkan temuan teknologi
yang mulai diperhitungkan dunia teknologi Internasional, PahlawanMuda
Sains Masa kini Indonesia itu adalah Warsito P Taruno, Khoirul Anwar dan
Yogi Erlangga. Kiprah prestasi Ilmiah dan temuan hebat teknologi anak
bangsa terbaik ini seharusnya menjadi inspirasi generasi muda Indonesia
saat ini.
Warsito P Taruno
Badan
Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah mengakui kehebatan dan telah
memakai teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography
(ECVT) temuan Warsito. ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu
melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada
pesawat ulang-alik. Teknologi ECVT bermula dari tugas akhir Warsito
ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo
pada 1967 ini ingin membuat teknologi yang mampu melihat¡± tembus
dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak
tembus cahaya).
Warsito
P Taruno Ilmuwan Indonesia yang hebat ini lahir di Solo, 16 Mei 1967,
bukanlah anak yang tumbuh dengan mimpi besar. Sebagai anak desa di
lereng Gunung Lawu, ia menjalani hidup ala kadarnya. Ia habiskan masa
kecil bergumul dengan sawah, dan ternak. Tapi memang, kemampuan
intelektualitasnya ditempa karena dia gemar membaca buku. “Saya meminjam
buku apa saja yang bisa saya pinjam dan baca. Saya membacanya di mana
saja, bisa di sawah, ladang, sungai. Kambing saya kenyang makan tanaman
orang, saya kenyang baca buku,” ujarnya. Aktivitas itu dilakoninya
hingga lepas masa SMA.
Sebagai
siswa cemerlang, Warsito kemudian pindah ke Yogyakarta, setelah
namanya tertera sebagai mahasiswa Teknik Kimia UGM. Tapi dia gagal
sekolah ke kampus itu, karena terbentur masalah biaya. Ia lalu merantau
ke Jakarta. Beruntung, dia mendapat beasiswa di Universitas Shizuoka,
Jepang, 1987. Beasiswa mengantarnya meraih gelar tertinggi akademik
(S3), 1997. Pada 1999, dia hijrah ke Amerika Serikat. Berbekal riset
tentang tomografi, dia menjadi satu dari 15 peneliti papan atas dunia
di Industrial Research Consortium, Ohio State University. Sebuah
lembaga riset terpandang yang menjadi acuan sejumlah perusahaan minyak
raksasa di dunia semisal ExxonMobil, Conoco Phillips, dan Shell.
Di
tengah kesibukan riset, ia meluangkan waktu menulis di sejumlah jurnal
ilmiah bertaraf internasional. Tak jarang, ia juga dipercaya menjadi
pembicara utama dalam sejumlah forum ilmuwan dunia. Momen tak terlupakan
adalah tatkala ia selesai memberi sesi paripurna (plenary lecture) di
konferensi internasional tentang reactor engineering di Delft, Belanda,
1999. “Itu adalah sesi paripurna sebuah konferensi besar, yang
dihadiri pakar dan professor dari seluruh dunia.
Sepertinya
tak ada penghargaan lebih besar dari itu, yang pernah saya rasakan
dalam hidup saya. Bagaikan cerita di film.” Empat tahun dia curahkan
tenaga dan waktu di Amerika. Mulai 2003 hingga 2006, ia memilih
wara-wiri antara Amerika dan Indonesia. Akhirnya, dia memutuskan kembali
ke Indonesia, membesarkan CTECH Labs yang dibangunnya di satu ruko
mungil di kawasan Tangerang. “Cita-cita saya membangun institusi riset
yang tidak kalah dengan institusi riset mana pun di dunia, dan itu di
Indonesia.”
Khoirul Anwar
Prof.
Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G
berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah
seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of
Science and Technology, Jepang. Dia mengurangi daya transmisi pada
orthogonal frequency division multiplexing. Hasilnya, kecepatan data
yang dikirim bukan menurun seperti lazimnya, melainkan malah meningkat. “Kami mampu menurunkan power sampai 5dB=100 ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan sebelumnya,”
Pada
tahun 2006, Khoirul pria asal Kediri, Jawa Timur itu juga telah
menemukan cara mengurangi daya transmisi pada sistem multicarrier
seperti Orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM) dan Multi-carrier code division multiple access (MC-CDMA). Caranya yaitu dengan memperkenalkanspreading code menggunakan Fast Fourier Transform sehingga kompleksitasnya menjadi sangat rendah. Dengan metode ini ia bisa mengurangi fluktuasi daya.
Maka
peralatan telekomunikasi yang digunakan tidak perlu menyediakan
cadangan untuk daya yang tinggi. Belakangan, temuan ini ia patenkan.
Teknik ini telah dipakai oleh perusahaan satelit Jepang. Dan yang juga
membuatnya membuatnya kaget, sistem 4G ternyata sangat mirip dengan
temuan yang ia patenkan itu. Hasil royalti paten pertamanya itu ia
berikan untuk ibunya yang kini hidup bertani di Kediri. Ini adalah
sebagai bentuk penghargaan saya kepada orang tua, terutama Ibu. Ayah
Khoirul meninggal karena sakit, saat ia baru lulus SD pada 1990.
Ibunyalah kemudian berusaha keras menyekolahkannya, walaupun kedua orang
tuanya tidak ada yang lulus SD. Sejak kecil, Khoirul hidup dalam
kemiskinan.
Tapi
ada saja jalan baginya untuk terus menuntut ilmu. Misalkan, ketika
melanjutkan SMA di Kediri, tiba-tiba ada orang yang menawarkan kos
gratis untuknya. Saat ia meneruskan kuliah di ITB Bandung, selama 4
tahun ia selalu mendapatkan beasiswa. “Orang tua saya tidak perlu
mengirimkan uang lagi,” kata Khoirul mengenang masa lalunya. Otaknya
yang moncer terus membawa Khoirul ke pendidikan yang tinggi. Ia
mendapatkan beasiswa S2 dari Panasonic, dan selanjutnya beasiswa S3 dari
perusahaan Jepang. “Alhamdulillah, meski saya bukan dari keluarga
kaya, tetap bisa sekolah sampai S3. Saya mengucapkan terima kasih yang
tulus kepada semua pemberi beasiswa.” katanya.
Sukses di negeri orang tak membuatnya lupa dengan tanah kelahiran. “Suatu saat saya juga akan tetap pulang ke Indonesia. Setelah meraih ilmu yang banyak di luar negeri,” kata Khoirul. Di luar kehidupannya sebagai seorang periset, Khoirul juga mengajar dan membimbing mahasiswa master dan doktor. Kedalaman pengetahuan agama pria yang sempat menjadi takmir masjid di SMA-nya itu, juga membawanya sering didaulat memberi ceramah agama di Jepang, bahkan menjadi Khatib shalat Iedul Fitri. Tak hanya itu, Khoirul juga kerap diundang memberikan kuliah kebudayaan Indonesia. “Keberadaaan kita di luar negeri tak berarti kita tidak cinta Indonesia, tapi justru kita sebagai duta Indonesia,” kata dia.
Selama
mengajar kebudayaan Indonesia, ia banyak mendengar berbagai komentar
tentang tanah airnya. Ada yang memuji Indonesia, tentu, ada pula yang
menghujat. Untuk yang terakhir itu, ia biasanya menjawab dalam bahasa
Jepang: Indonesia ha mada ganbatteimasu (Indonesia sedang
berusaha dan berjuang). Kini, Khoirul tinggal di Nomi, Ishikawa, tak
jauh dari tempat kerjanya, bersama istrinya, Sri Yayu Indriyani, dan
tiga putra tercintanya. “Semua anak saya memenuhi formula deret
aritmatika dengan beda 1.5 tahun,” Khoirul menjelaskan.
Yogi Erlangga
Yogi
yang telah berhasil memecahkan rumus matematika berdasarkan “Persamaan
Helmholtz”. Keberhasilan Yogi memecahkan rumus Persamaan Helmholtz
adalah tonggak penting bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi.
Hasil temuannya dapat diterapkan dalam sejumlah bidang. Salah satunya,
bisa digunakan untuk mempercepat pencarian sumber-sumber minyak bumi.
Ia mampu memecahkan Persamaan Helmholtz yang rumit, setelah
mendalaminya selama empat tahun. Dengan riset yang menghabiskan dana
hampir Rp. 6 milyar itu, Ia berhasil mengembangkan metode perhitungan
lebih cepat.
Yogi
Erlangga seorang ilmuwan muda Indonesia yang Usia 36 tahun. Lahir di
Tasikmalaya. Dia meraih gelar doktor dari Universitas Teknologi Delft,
Belanda pada usia yang terbilang muda, 31 tahun. Dia mencintai ilmu yang
dibenci banyak orang, matematika. Di negeri kincir angin itu, dia
dinobatkan sebagai doktor matematika terapan. Dan matematika itulah yang
melambungkan Yogi Erlangga ke perusahaan minyak raksasa dunia. Dia
adalah efisiensi. Rumus matematika yang dikembangkannya membuat ribuan
insinyur minyak bisa bekerja cepat. Akurasi tinggi.
Dan
akhirnya si raja minyak banyak berhemat. Penelitian yang dilakukan
Yogi dalam meraih gelar doktor berhasil memecahkan persoalan matematika
atas gelombang yang bisa digunakan oleh perusahaan minyak untuk
mencari cadangan emas hitam itu. Rumus yang dikembangkan Yogi ini
seratus kali lebih cepat dari yang berlaku sebelumnya. Bukan cuma
perusahaan minyak yang riang, sejumlah perusahaan raksasa dunia yang
mengunakan unsur gelombang juga bersukaria. Rumus matematika anak
Tasikmalaya itu juga manjur untuk teknologi keping Blu-Ray. Keping itu
bisa memuat data komputer dalam jumlah yang jauh lebih besar. Rumus itu
juga mempermudah cara kerja radar di dunia penerbangan.
Dalam
siaran pers — saat wisuda doktor Desember 2005– Universitas Delft
sungguh bangga akan pencapaian Yogi. Siaran per situ menyebutkan bahwa
penelitian Yogi adalah murni Matematika. Dia berhasil mengembangkan
suatu metode kalkulasi, yang memungkinkan sistem komputer untuk
menyesaikan ekuasi krusial secara lebih cepat. Padahal, persamaan
krusial itu sulit diatasi oleh sistem komputer yang dipakai
perusahaan-perusahaan minyak. Penelitian Yogi itu didasarkan pada
“Ekuasi Helhmholtz.”
Bagi
kalangan ilmuwan, metode ekuasi itu penting dalam mengintepretasi
ukuran-ukuran akustik yang digunakan untuk mensurvei cadangan minyak.
Sebelumnya, pengukuran itu dilakukan secara dua dimensi. Namun, dalam
penelitian doktoralnya, Yogi berhasil membuat metode kalkulasi yang
digunakan untuk memecahkan ekuasi Helmholtz ratusan kali lebih cepat
dari yang biasa. Itulah sebabnya perusahaan-perusahaan minyak bisa
memanfaatkan kalkulasi secara tiga dimensi untuk mencari cadangan
minyak. Itulah sebabnya Delft yakin bahwa metode yang dikembangkan Yogi
bisa mengundang daya tarik perusahaan-perusahaan minyak.
0 komentar:
Posting Komentar